Translate this

Selasa, 08 Juli 2014

pertanyaan seputar FILSAFAT

 Mengapa filsafat itu penting?  Kemukakan pandangan beberapa tokoh mengenai pentingnya filsafat !
Jawab :
Ø  Filsafat itu penting karena :
1. dengan berfilsafat kita dapat memanusiakan diri, lebih mendidik dan membangun diri sendiri.
2. dapat mempertahankan sifat yang objektif dan mendasarkan pendapat pengetahuan yang objektif,tidak hanya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan simpati dan antipati saja.
3. mengajar dan melatih kita memandang dengan luas. Jadi, menyembuhkan kita dari kepicikan, dari Akuisme dan aku sent isme, hanya mementingkan Aku hanya saja, yang dapat merugikan perkembangan manusia seutuhnya.
4. Dengan pelajaran filsafat, kita diharapkan menjadi orang yang dapat berfikir sendiri, tidak menjadi yesman atau yes woman. kita harus menjadi orang yang sungguh sungguh mandiri, terutama dalam lapangan kerohanian dan menyempurnakan cara kita berfikir, dan memiliki sifat kritis. Disinilah pentingnya pelajaranfilsafat logika.
Filsafat dengan fungsinya sebagai mater scientiarum (induk ilmu pengetahuan( bearti mencakup semua ilmupengetahuan khusus. Filsafat sebagai pengangan manusia pada masa itu,dalam mengarungi hidup dankehidupan. Dengan menguasai filsafat zaman itu(sebelum masehi), dapatlah seorang ahli menjawab segala permasalahan di dunia ini, baik masalah manusia sendiri,alamnya,mau pun Tuhanya.Dalam perkembangan selanjutnya, sejalan dengan perkembangan zaman, meningkatnya kebutuhan hidupmanusia, dan berkembangnya kehidupan modern maka semakin terasalah kebutuhan untuk menjawab segala tantangan manusia yang ada. Dalam keadaan yang demikian, lahirlah ilmu-ilmu pengetahuan khusus.Momentum pemisahan antara filsafat dengan ilmu pengetahuan khusus bermula sekitar abad pertenghan. Pada saat lahirnya zaman renaissance (misl ilmu fisika dan matematika).
5. memikirkan suatu masalah secara mendalam dan kritis, membentuk argumen dalam bentuk lisan maupun tulisan secara sistematis dan kritis, mengkomunikasikan ide secara efektif, dan mampu berpikir secara logis dalam menangani masalah-masalah kehidupan yang selalu tak terduga.
6.   Dengan belajar filsafat, kita akan dilatih menjadi manusia yang utuh, yakni yang mampu berpikir mendalam, rasional, komunikatif. Apapun profesi kita, kemampuan-kemampuan ini amat dibutuhkan. Di sisi lain, dengan belajar filsafat, kita juga akan memiliki pengetahuan yang luas, yang merentang lebih dari 2000 tahun sejarah manusia.
7. Dengan belajar filsafat, kita akan mampu melihat masalah dari berbagai sisi, berpikir kreatif, kritis, dan independen, mampu mengatur waktu dan diri, serta mampu berpikir fleksibel di dalam menata hidup yang terus berubah.
8. Filsafat mengajak kita untuk memahami dan mempertanyakan ide-ide tentang kehidupan, tentang nilai-nilai hidup, dan tentang pengalaman kita sebagai manusia. Berbagai konsep yang akrab dengan hidup kita, seperti tentang kebenaran, akal budi, dan keberadaan kita sebagai manusia, juga dibahas dengan kritis, rasional, serta mendalam.
9. Filsafat itu bersifat terbuka. Sekali lagi, filsafat tidak memberikan jawaban mutlak yang berlaku sepanjang masa. Filsafat menggugat, mempertanyakan, dan mengubah dirinya sendiri. Ini semua sesuai dengan semangat pendidikan yang sejati.
10. Filsafat mengajarkan kita untuk melakukan analisis, dan mengemukakan ide dengan jelas serta rasional. Filsafat mengajarkan kita untuk mengembangkan serta mempertahankan pendapat secara sehat, bukan dengan kekuatan otot, atau kekuatan otoritas politik semata.
11. Filsafat adalah komponen penting kepemimpinan. Dengan belajar berpikir secara logis, seimbang, kritis, sistematis, dan komunikatif, anda akan menjadi seorang pemimpin ideal, yang amat dibutuhkan oleh berbagai bidang di Indonesia sekarang ini.

Ø  pandangan beberapa tokoh mengenai pentingnya filsafat
1)  Menurut Harold H. Titus, Filsafat adalah suatu usaha untuk memahami alam semesta, maknanya dan nilainya. Apabila tujuan ilmu adalah control dan tujuan seni adalah kreaktifitas, bentuk keindahan danekspresi. Maka, tujuan filsafat adalah pengertian dan kebijaksanaan.
2)  Menurut Dr. Omar A. Hoesin bahwa filsafat memberikan kepuasan kepada keinginan manusia akanpengetahuan yang tersusun dengan tertib akan kebenaran.
3)  Menurut S. Takdir Alisyabana bahwa filsafat dapat memberikan ketenangan fikiran dan kemantapan hati,meskipun sekalipun maut. Dalam tujuannya yang tunggal ( yaitu kebenaran) itulah letak kebesarannya,kemuliaan. Kebenaran disini dalam arti yang sebenar-benarnya dan seluas-luas baginya itulah tujuan yangtertinggi dan satu-satunya.
4)  Menurut Radhakrishnan tugas filsafat bukanlah sekedar mencerminkan semangat masa dimasa hidupmelainkan membimbing maju. Funsi filsafat adalah rekreatif, menetapkan nilai, menetapkan tujuan,menentukan arah dan tujuan yang baru.
5)  Beberapa pendapat diatas sangatlah berbeda dengan Soemadi Soerjabrata, mempelajari filsafat adalahmempertajam pikiran. Dimana berfilsafat tidak hanya sekedar mengetahui, melainkan harus mempraktekkandalam kehidupan sehari-hari. Orang mengaharapkan bahwa filsafat akan memberikan kepadanya dasar-dasar pengetahuan yang membutuhkan hidup secara baik. Filsafat harus mengajar manusia, bagaimana iaharus hidup bahagia dan baik.
6)  Plato bahwa ia merasakan berfikir dan memikirkan itu sebagai suatu nikmat yang luar biasa sehinggadiberi peredikat sebagai keinginan yang maha berharga.
7)  Rene Descartes. Sebagai pelopor filsafat modern dan pelopor pembaharuan dalam abad ke -17 yangterkenal dengan ucapan “cegito ergo sum” (karena berfikir, maka saya ada) sebagai landasan filsafatnya.Berfilsafat berarti berpangkal pada sesuatu kebenaran yang fundamental atau pengalaman yang asasi.
8)  Prof. Dr. N. Driyakara S.J. filsafat adalah pikiran manusia yang radikal, dengan menyampaikan pendapatdan pendirian-pendirian yang diterima saja dengan mencoba memperlihatkan pandangan yang merupakan akar dari lain-lain pandangan dan sikap praktis.” Pandangan diarahkan kepada sebab-sebab yang terakhiratau sebab pertama (filsafat causis), dan tidak diarahka kepada yang terdekat (secundari causis). Sepanjangkemungkinan yang ada pada budi nurani manusia sesuai kemmampuannya.
9) Afred Nort Withchead filsafata adalah keinsafan dan pandangaan jauh kedepan dan suatu kesadaran akanhidup. Pendeknya, kesadaran dan kepentingan yang memberi semagat kepada seluruh usaha peradabanmanusia”
10)  Maurice Marieau Ponty (seoarbg tokoh filsafat modern excistencialisme). Jasa dari filsafat itu terletakdalam sumber penyelidikannya, sumber itu adalah eksistensi dan dengan sumber itu kita bisa berfikirtentang manusia”.
11) Gabriel Marcell (excistencialisme) hakekatnya manusia itu terletak dalam hasratnya untuk berkomunikasiuntuk bersatu dengan Person atau pribadi lain dengan penuh kepercayaan . dan itu hanya mungkin karenahasrat manusia untuk percaya kepada toi absolu, kepada dikau yang mutlak yaitu tuhan sendiri

 Apa bedanya filsafat dengan ilmu dan filsafat dengan agama?

ü  bedanya filsafat dengan ilmu

Filsafat

Mempelajari pengertian utama adalah langkah pertama mencari perbedaan antara filsafat dengan ilmu pengetahuan. Filsafat merupakan cara pandang kehidupan oleh individu atau kelompok yang mana dianggap sebagai dasar kehidupan yang diinginkan.

Dalam hal ini, seorang individu atau kelompok memikir segala sesuatu secara sadar, dewasa dan mendalam. Mereka melihat sebuah permasalahan dalam ruang lingkup luas dan segala hubungan secara menyeluruh.

Individu yang menerapkan filsafat tertentu dalam kehidupan akan berfikir secara filosofi, yaitu mengandalkan disiplin tinggi dalam berpikir, cara pemikiran sistematis, menyusun skema secara konsepsi dan menyeluruh.

Perbedaan filsafat dengan ilmu pengetahuan tampak jelas dari manfaat utama yang dapat diserap oleh manusia dan kelompok. Filsafat memberi manfaat luar biasa bagi kehidupan sebab dianggap sebagai elemen dasar dalam bertindak, mengambil keputusan, meminimalisir terjadinya konflik dan siap siaga menghadapi perubahan situasi.

Filsafat sendiri telah terbagi menjadi empat jenis dalam ilmu pengetahuan, yaitu: materialisme, idealisme, realisme dan pragmatis. Filsafat tumbuh subur di Yunani karena tidak adanya kasta pendeta, sehingga segala sesuatu bebas dibahas secara intelektual. Tokoh yang paling terkenal adalah Plato.

Ilmu pengetahuan

Apa perbedaan filsafat dengan ilmu pengetahuan? Sebelum membahas lebih detail, pelajari dahulu pengertian utamanya. Secara keseluruhan, ilmu pengetahuan merupakan segala kegiatan manusia yang dilakukan secara sadar dalam upaya mencari tahu segala segi kehidupan dan alam sehingga diperoleh kepastian. Ilmu pengetahuan merangkum semua hal yang ada dalam kehidupan berdasarkan teori-teori yang telah disepakati serta teruji.

Ilmu pengetahuan berusaha mencari jawaban dari penyebab dan mengapa itu bisa terjadi. Dalam pengelompokkan, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi sehingga boleh dianggap bagian dari ilmu pengetahuan, yakni objektif, metodis, sistematis dan universal. Sains atau ilmu pengetahuan didukung beragam model, hipotesis, teori dan hukum. Masing-masing saling mendukung satu sama lain sehingga mampu menyampaikan jawaban yang dicari oleh manusia. Banyak tokoh-tokoh penting dalam dunia ilmu pengetahuan, mereka berperan penting meningkatkan kehidupan sehingga jauh lebih baik dan moderen.

Kesimpulan Perbedaan Antara Filsafat Dengan Ilmu Pengetahuan

Perbedaan filsafat dengan ilmu pengetahuan terletak jelas dari pengertian awal. Filsafat diperlukan manusia sebagai panduan dalam menjalani kehidupan, sedangkan ilmu pengetahuan diperlukan untuk menjawab segala bentuk pertanyaan. Filsafat membentuk karakteristik seorang individu atau kelompok dan ilmu pengetahuan bertindak sebagai penunjang

Ø  Obyek material [lapangan] filsafat itu bersifat universal [umum], yaitu segala sesuatu yang ada [realita] sedangkan obyek material ilmu [pengetahuan ilmiah] itu bersifat khusus dan empiris. Artinya, ilmu hanya terfokus pada disiplin bidang masing-masing secra kaku dan terkotak-kotak, sedangkan kajian filsafat tidak terkotak-kotak dalam disiplin tertentu
Ø  Obyek formal [sudut pandangan] filsafat itu bersifat non fragmentaris, karena mencari pengertian dari segala sesuatu yang ada itu secara luas, mendalam dan mendasar. Sedangkan ilmu bersifat fragmentaris, spesifik, dan intensif. Di samping itu, obyek formal itu bersifatv teknik, yang berarti bahwa cara ide-ide manusia itu mengadakan penyatuan diri dengan realita
Ø  Filsafat dilaksanakan dalam suasana pengetahuan yang menonjolkan daya spekulasi, kritis, dan pengawasan, sedangkan ilmu haruslah diadakan riset lewat pendekatan trial and error. Oleh karena itu, nilai ilmu terletak pada kegunaan pragmatis, sedangkan kegunaan filsafat timbul dari nilainnya
Ø  Filsafat memuat pertanyaan lebih jauh dan lebih mendalam berdasarkan pada pengalaman realitas sehari-hari, sedangkan ilmu bersifat diskursif, yaitu menguraikan secara logis, yang dimulai dari tidak tahu menjadi tahu
Ø  Filsafat memberikan penjelasan yang terakhri, yang mutlak, dan mendalam sampai mendasar [primary cause] sedangkan ilmu menunjukkan sebab-sebab yang tidak begitu mendalam, yang lebih dekat, yang sekunder [secondary cause]

ü  Bedanya filsafat dengan agama
Filsafat
1. Filsafat berarti berpikir, jadi yang penting ialah ia dapat berpikir.
2. Menurut William Temple, filsafat adalah menuntut pengetahuan untuk memahami.
3. C.S. Lewis membedakan enjoyment dan contemplation, misalnya laki-laki mencintai perempuan. Rasa cinta disebut enjoyment, sedangkan memikirkan rasa cintanya disebut contemplation, yaitu pikiran si pecinta tentang rasa cintanya itu.
4. Filsafat banyak berhubungan dengan pikiran yang dingin dan tenang.
5. Filsafat dapat diumpamakan seperti air telaga yang tenang dan jernih dan dapat dilihat dasarnya.
6. Seorang ahli filsafat, jika berhadapan dengan penganut aliran atau paham lain, biasanya bersikap lunak.
7. Filsafat, walaupun bersifat tenang dalam pekerjaannya, sering mengeruhkan pikiran pemeluknya.
8. Ahli filsafat ingin mencari kelemahan dalam tiap-tiap pendirian dan argumen, walaupun argumenya sendiri.
9. Filsafat adalah pengetahuan tentang non empirik dan nonekspirmental diperoleh manusia melalui usaha.


Agama
1. Agama berarti mengabdikan diri, jadi yang penting ialah hidup secara beragama sesuai dengan aturan-aturan agama itu.
2. Agama menuntut pengetahuan untuk beribadat yang terutama merupakan hubungan manusia dengan Tuhan.
3. Agama dapat dikiaskan dengan enjoyment atau rasa cinta seseorang, rasa pengabdian dedication atau contentment.
4. Agama banyak berhubungan dengan hati.
5. Agama dapat diumpamakan sebagai air sungai yang terjun dari bendungan dengan gemuruhnya.
6. Agama, oleh pemeluk-pemeluknya, akan dipertahankan dengan habis-habisan, sebab mereka telah terikat dn mengabdikan diri.
7. Agama, di samping memenuhi pemeluknya dengan semangat dan perasaan pengabdian diri, juga mempunyai efek yang menenangkan jiwa pemeluknya.
8. Filsafat penting dalam mempelajari agama.
9. Agama adalah kebenaran yang bersumber dari wahyu Tuhan mengenai berbagai hal kehidupan manusia dengan lingkungannya.



Kesimpulan Perbedaan Antara Filsafat Dengan agama
Ø  Filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang non empiric dan non eksprimental, diperoleh manusia melalui usahanya dengan pikirannya yang mendalam.
Ø  Agama adalah kebenaran yang bersumber dari wahyu Tuhan mengenai berbagai hal kehidupan manusia dan lingkungannya. Jadi kebenaran agama bukan merupakan hasil usaha manusia.


Sebut dan uraikan masing-masing dari aliran filsafat barat dan aliran filsafat pendidikan barat serta para tokohnya ?

ü  aliran filsafat barat
1.      Rasionalisme
Filosof yang menganut mazhab ini berpandangan bahwa Pertama, akal dalam diri manusia merupakan sumber dari semua ilmu yang hakiki. Jadi sumber pengetahuan manusia itu bagi mereka adalah rasio/akal. Kedua, terkait alam (kosmik), mereka menerima adanya wujud spiritual atau rasio yang merupakan asal usul dari segala entitas. Dalam mazhab rasionalisme ini terdapat tokoh-tokoh yang terkenal diantaranya: Plato (427-347 SM), Rene Descartes dan Leibniz untuk masa modern. Dalam dunia filsafat Barat, Plato dikenal sebagai murid dari Sokrates. Ketika gurunya dihukum mati pada tahun 399 SM, Plato berusia kurang lebih 31 tahun. Ada sebuah ungkapan terkenal bahwa keseluruhan filsafat Barat hanyalah sekedar catatan kaki untuk Plato saja. Ini karena tulisan-tulisan Plato telah meletakkan suatu tujuan yang kemudian dapat dikatakan menjadi pedoman filsafat pada umumnya.
Menurut Prof K. Bertens, Plato adalah filosof pertama dalam sejarah filsafat yang memilih dialog sebagi bentuk sastra untuk mengeskpresikan pikiran-pikirannya. Plato memilih dialog sebagai sastra karena ia yakin bahwa inti filsafat adalah dialog. Namun disatu sisi karena Plato mengarang filsafatnya dengan format dialog, tidak mengherankan  pula kalau pemikirannya kurang bersifat sistematis.Secara garis besar ajaran filsafat Plato meliputi: ajaran tentang Ide-ide, Jiwa, dan Negara. Sekarang beralih ke Rene Descartes (1596-1650 M). Dia adalah filosof Perancis yang  berlatar belakang sebagai ilmuwan matematika. Namanya masyhur karena ungkapan Cogito ergo sum yang artinya“Aku berfikir, maka aku ada”.
Michael Hart memasukkan Descartes di urutan 49 sebagai 100 tokoh yang paling berpengaruh dalam sepanjang masa. Descartes layak masuk dikarenakan ada 5 ide Descartes yang punya pengaruh  penting terhadap jalan pikiran di Eropa seperti: 1) pandangan mekanisnya mengenai alam semesta, 2) sikapnya yang positif terhadap penelitian ilmiah 3) perhatiannya pada  penggunaan matematika dalam ilmu pengetahuan, 4) pembelaannya terhadap dasar awal sikap skeptis, 5) pemusatan perhatian terhadap epistemologi.
Meski dia dipandang sebagai bapak filsafat modern yang memiliki pengaruh besar di Eropa, akan tetapi seumur hidupnya dia tidak pernah menikah. Walau tidak menikah dia punya anak perempuan  bernama Francine yang lahir di Belanda pada tahun 1635.
Adapun Gottfried Wilhelm Leibniz, dia adalah filosof asal Jerman. Jenjang  pendidikannya sampai doktor hukum di Universitas dimana ayahnya mengajar. Dia dikenal sebagai pencetus “Monadologi”, maksudnya Leibniz ini mengasumsikan adanya subtansi-subtansi yang tak terbatas jumlahnya yang dianggap sebagai unsur-unsur utama dalam susunan alam. Dengan kata lain inilah Monad atau atom-atom spiritual. Pemikirannya tentang monad inilah yang menjadi inti dari filsafat alamnya Leibniz.

2.      Empirisme
Jika mazhab Rasionalisme bertumpu pada akal sebagai sumber pengetahuan, maka Empirisme memilih pengalaman (inderawi) sebagai sumber utama. Empirisme berasal dari kata Yunani emperia yang berarti pengalaman. Pada masa modern, terdapat dua  pandangan mengenai siapa pelopornya,Pertama, Empirisme ini dipelopori oleh Francis Bacon (1561-1626).Kedua, Empirisme ini dipelopori oleh John Locke (1632-1704). Locke berkata, “Tidak ada pengetahuan manusia yang bisa melebihi pengalamannya” . Doktrin empirisme ini sangat kuat mengakar di Inggris. Mazhab Empirisme kemudian dikembangkan lebih luas oleh Thomas hobbes, Berkeley dan yang terpenting adalah David Hume (1711-1776 M) dan John stuart Mills. Di masa klasik, empirisme dikembangkan oleh Aristoteles. Bagi Aristoteles, pengetahuan inderawi merupakan dasar dari semua pengetahuan kita.
3.      Kritisisme
Kedua mazhab atau aliran diatas hanya berbeda pijakan. Yang satu mengacu pada rasio dan yang lain pada pengalaman inderawi. Porsi perbedaan kedua aliran ini makin tajam  pada abad 17-18 M. Munculah mazhab Kritisisme yang diusung oleh Emmanuel Kant (1724-1804). Ini adalah filsafat yang menengahi rasio/akal dan pengalaman inderawi. Filsafat ini tidak murni rasional dan tidak murni empirik. Lantas mengapa dinamai kritisisme? Kritisisme yang diusung Kant tujuannya untuk mengkritisi dua mazhab tersebut dan mejelaskan kekurangan-kekurangannya. Sedikit membahas sosok Kant, dia adalah salah satu filosof yang berpengaruh dalam sejarah filsafat modern. Akan tetapi pemikiran Kant sulit dipahami, bahkan oleh orang
yang menguasai bahasa Jerman sekaligus. Wilhem Windelband mengatakan “ Memahami Kant berarti melampaui dia”. Ajaran filsafat Kant berpusat pada 3 hal: Proses  pengetahuan manusia, ajaran tentang moral serta hubungan Moral dengan eksistensi Allah.

4.      Kontemporer
Selain ketiga Mazhab Rasionalisme, Empirisme dan Kritisisme, pengkaji ilmu filsafat memasukkan aliran-aliran idealisme, pragmatisme (filsafat Praktis), Materialisme,  Eksistensialisme (filsafat yang mengkaji wujud manusia dan segala persoalan hidupnya), fenomenologi, dan filsafat Positivisme ke dalam mazhab kontempore

ü  aliran filsafat pendidikan barat
1.    Aliran Progresivisme
Progresivisme adalah suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar di masa mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak bukannyamemfokuskan pada guru atau bidang muatan. Beberapa tokoh dalam aliran ini aalah George Axtelle, William O. Stanley, Ernest Bayley, Lawrence B. Thomas dan Frederick C. Neff.  Progresivisme mempunyai konsep yang didasari oleh kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi serta mengatasi masalah-masalah yang bersifat menekan atau mengancam keberlangsungan manusia itu sendiri. Sehubungan dengan hal itu, progresivisme kurang menyetujui adanya pendidikan yang bercorak otoriter.
Pendidikan yang bercorak otoriter ini dapat diperkirakan mempunyai kesulitan untuk mencapai tujuan-tujuan (yang baik), karena kurang menghargai dan memberikan tempat yang semestinya kepada kemampuan-kemampuan dalam proses pendidikan. Padahal semua itu adalah ibarat motor penggerak manusia dalam usahanya untuk mengalami kemajuan (proggress). Oleh karena itu, kemajuan (progress) ini menjadi perhatian kaum progresivisme, maka beberapa ilmu pengetahuan yang mampu menumbuhkan kemajuan dipandang oleh progresivisme merupakan bagian-bagain utama dari sebuah peradaban.
2.    Aliran Esensialisme
Aliran esensialisme merupakan aliran pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Esensialisme muncul pada zaman Renaisance dengan cirri-cirinya yang berbeda dengan progesivisme. Dasar pijakan aliran ini lebih fleksibel dan terbuka untuk perubahan, toleran, dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu. Esensiliasme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama, yang meberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas (Zuhairini, 1991: 21).
Idealisme, sebagai filsafat hidup, memulai tinjauannya mengenai pribadi individu dengan menitikberatkan pada aku. Menurut idealisme, pada tarap permulaan seseorang belajar memahami akunya sendiri, kemudian ke luar untuk memahami dunia objektif. Dari mikrokosmos menuju ke makrokosmos. Menurut Immanuel Kant, segala pengetahuan yang dicapai manusia melalui indera memerlukan unsure apriori, yang tidak didahului oleh pengalaman lebih dahulu.
Bila orang berhadapan dengan benda-benda, bukan berarti semua itu sudah mempunayi bentuk, ruang, dan ikatan waktu. Bentuk, ruang , dan waktu sudah ada pada budi manusia sebelum ada pengalaman atu pengamatan. Jadi, apriori yang terarah bukanlah budi pada benda, tetapi benda-benda itu yang terarah pada budi. Budi membentuk dan mengatur dalam ruang dan waktu. Dengan mengambil landasan pikir tersebut, belajar dapat didefinisikan sebagai substansi spiritual yang membina dan menciptakan diri.

3.    Aliran Perenialisme
Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses mengembalikan keadaan sekarang. Perenialisme memberikan sumbangan yang berpengaruh baik teori maupun praktik bagi kebudayaan dan pendidikan zaman sekarang (Muhammad Noor Syam, 1986: 154). Dari pendapat ini diketahui bahwa perenialisme merupakan hasil pemikiran yang memberikan kemungkinan bagi sseorang untuk bersikap tegas dan lurus. Karena itulah, perenialisme berpendapat bahwa mencari dan menemukan arah arsah tujuan yang jelas merupakan tugas yang utama dari filsafat, khususnya filsafat pendidikan.
Menurut perenialisme, ilmu pengetahuan merupakan filsafat yang tertinggi, karena dengan ilmu pengetahuanlah seseorang dapat berpikir secara induktif. Jadi, dengan berpikir maka kebenaran itu akan dapat dihasilkan. Penguasaan pengetahuan mengenai prinsip-prinsip pertama adalah modal bagi seseorang untuk mengembangkan pikiran dan kecerdasan. Dengan pengetahuan, bahan penerangan yang cukup, orang akan mampu mengenal dan memahami factor-faktor dan problema yang perlu diselesaikan dan berusaha mengadakan penyelesaian masalahnya.
Diharapkan anak didik mampu mengenal dan mengembangkan karya-karya yang menjadi landasan pengembangan disiplin mental. Karya-karya ini merupakan buah pikiran besar pada masa lampau. Berbagai buah pikiran mereka yang oleh zaman telah dicatat menonjol seperti bahasa, sastra, sejarah, filsafat, politik, ekonomi, matematika, ilmu pengetahuan alam, dan lain-lainnya, yang telah banyak memberikan sumbangan kepada perkembangan zaman dulu.
Tugas utama pendidiakn adalah mempersiapkan anak didik ke arah kematangan. Matang dalam arti hiodup akalnya. Jadi, akal inilah yang perlu mendapat tuntunan ke arah kematangan tersebut. Sekolah rendah memberikan pendidikan dan pengetahuan serba dasar. Dengan pengetahuan yang tradisional seperti membaca, menulis, dan berhitung, anak didik memperoleh dasar penting bagi pengetahuan-pengetahuan yang lain.
Sekolah, sebagai tempat utama dalam pendidikan, mempesiapkan anak didik ke arah kematangan akal dengan memberikan pengetahuan. Sedangkan tugas utama guru adalah memberikan pendidikan dan pengajaran (pengetahuan) kepada anak didik. Dengan kata lain, keberhasilan anak dalam bidang akalnya sangat tergantung kepada guru, dalam arti orang yang telah mendidik dan mengajarkan.
4.    Aliran Rekonstruksionisme
Kata Rekonstruksionisme bersal dari bahasa Inggris reconstruct, yang berarti menyusun kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan, rekonstruksionisme merupakan suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern. Aliran rekonstruksionisme pada prinsipnya sepaham dengan aliran perenialisme, yaitu berawal dari krisis kebudayaan modern. Menurut Muhammad Noor Syam (1985: 340), kedua aliran tersebut memandang bahwa keadaan sekarang merupakan zaman yang mempumyai kebudayaan yang terganggu oleh kehancuran, kebingungan, dan kesimpangsiuran.
Aliran rekonstruksionisme berkeyakinan bahwa tugas penyelamatan dunia merupakan tugas semua umat manusia. Karenanya, pembinaan kembali daya intelektual dan spiritual yang sehat melalui pendidikan yang tepat akan membina kembali manusia dengan nilai dan norma yang benar pula demi generasi yang akan datang, sehingga terbentuk dunia baru dalam pengawasan umat manusia.
Di samping itu, aliran ini memiliki persepsi bahwa masa depan suatu bangsa merupakan suatu dunia yang diatur dan diperintah oleh rakyat secara demokratis, bukan dunia yang dikuasai oleh golongan tertentu. Cita-cita demokrasi yang sesungguhnya tidak hanya teori, tetapi mesti diwujudkan menjadi kenyataan, sehingga mampu meningkatkan kualitas kesehatan, kesejahteraan dan kemakmuran serta keamanan masyarakat tanpa membedakan warna kulit,, keturunan, nasionalisme, agama (kepercayaan) dan masyarakat bersangkutan.
 Sebutkan 3 para filosof muslim, dan uraikan pemikiran mereka terhadap pendidikan serta jelaskan metode dan kurikulum apa yang mereka terapkan?

1)      Ibnu sina
Pemikiran Ibnu Sina dalam pendidikan antara lain berkenaan dengan tujuan pendidikan, kurikulum, dan metode pengajaran.
·         Tujuan Pendidikan
Menurut Ibnu Sina, bahwa tujuan pendidikan harus diarahkan pada pengembangan seluruh potensi yang dimiliki seseorang ke arah perkembangannya yang sempurna, yaitu perkembangan fisik, intelektual dan budi pekerti. Selain itu tujuan pendidikan menurut Ibnu Sina harus diarahkan pada upaya mempersiapkan seseorang agar dapat hidup di masyarakat secara bersama-sama dengan melakukan pekerjaan atau keahluian yang dipilihnya sesuai dengan bakat, kesiapan dan kecenderungan dan potensi yang dimilikinya.[5] Selain itu Ibnu Sina juga mengemukakan tujuan pendidikan yang bersifat keterampilan yang ditujukan pada pendidikan bidang perkayuan, penyablonan dan sebagainya, sehingga akan muncul tenaga-tenaga yang professional yag mampu mengerjakan secara professional.
Selain itu tujuan pendidikan yang dikemukakan Ibnu Sina tersebut tampak didasarkan pada pandangannya tentang Insan Kamil (Manusia Yang Sempurna), yaitu manusia yang terbina seluruh potensi dirinya secara seimbang dan menyeluruh, sebagaimana dikemukakan pada bagia diatas. Ibnu Sina juga ingin agar tujuan pendidikan universal itu diarahkan kepada terbentuknya manusia yang sempurna itu.
Rumusan tujuan pendidikan yang dikemukakan Ibnu Sina tampak mencerminkan sikapnya yang selain sebagai seorang pemikir, juga sebagai pekerja dan praktisi, dan hal itu memang terdapat dalam dirinya sebagaimana dikemukakan diatas. Melalui tujuan pendidikan yang dirumuskannya, ia tampak menghendaki agar orang lain meniru dirinya.
·         Kurikulum
Konsep Ibnu Sina tentang kurikulum didasarkan pada tingkat perkembangan usia anak didik. Untuk anak usia 3 sampai 5 tahun misalnya, menurut Ibnu Sina perlu diberikan mata pelajaran olahraga, budi pekerti, kebersihan, seni suara dan kesenian.
Selanjutnya kurikulum untuk anak usia 6 sampai 14 tahun menurut Ibnu Sina adalah mencakup pelajarn membaca dan menghafal Al-Qur’an, pelajaran agama, pelajaran sya’ir, dan pelajaran olahraga.
Sedangkan kurikulum untuk anak usia 14 tahun keatas. Pandangan Ibnu Sina terhadap mata pelajaran yang harus diberikan kepada anak usia 14 tahun keatas berbeda dengan mata pelajaran yag harus diberikan kepada anak usia sebelum 14 tahun sebagaimana telah disebutkan diatas. Mata pelajaran yang dapat diberikan kepada anak usia 14 tahun keatas, amat banyak jumlahnya, namun pelajaran tersebut perlu dipilih sesuai dengan bakat dan minat si anak. Ini menunjukkan perlu adanya pertimbangan denga kesiapan anak didik. Dengan cara demikian, si anak akan memiliki kesiapan untuk menerima pelajaran tersebut dengan baik. Ibnu Sina menganjurkan kepada para pendidik agar memilihkan jenis pelajaran yang berkaitan denga keahlian tertentu yang dapat dikembangkan lebih lanjut oleh anak didiknya.
·         Metode Pengajaran
Konsep metode pengajaran yang ditawarkan Ibnu Sina antara lain terlihat pada setiap materi pelajaran. Dalam setiap pembahasan materi pelajaran, Ibnu Sina selalu membicarakan tentang cara mengajarkan anak didik. Berdasarkan pertimbangan psikologisnya, Ibnu Sina berpendapat bahwa suatu materi pelajaran tertentu tidak akan dapat dijelaskan kepada bermacam-macam anak didik dengan salah satu cara saja, melainkan harus dicapai dengan berbagai cara sesuai dengan perkembangan psikologisnya.
Penyampaian materi pelajaran pada anak menurutnya harus disesuaikan dengan sifat dari materi pelajaran tersebut, sehingga antara metode dengan materi yang diajarkan tidak ak kehilangan daya relevansinya. Metode pengajaran yang ditawarkan Ibnu Sina antara lain metode talqin, demonstrasi, pembiasaan dan teladan, diskusi, magang dan penugasan.
Dari beberapa metode diatas, hingga sekarang masih banyak digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini menunjukkan bahwa pemikiran Ibnu Sina dalam bidang metode pengajaran masih relevan denga tuntutan zaman, bahkan melampauinya.



2)      Al-Ghazali
Untuk mengetahui konsep pendidikan al-Ghazali ini dapat diketahui antara lain dengan cara mengetahui dan memahami pemikirannya yang berkenaan dengan berbagai aspek yang berkaitan dengan pendidikan, yaitu aspek tujuan pendidikan, kurikulum, metode, etika guru dan etika murid.

·         Tujuan Pendidikan

Rumusan tujuan pendidikan pada hakikatnya merupakan rumusan filsafat atau pemikiran yang mendalam tentang pendidikan. Seseorang baru dapat merumuska suatu tujuan kegiatan jika ia memahami secara benar filsafat yang mendasarinya. Rumusan tujuan ini selanjutnya akan menentukan aspek kurikulum, metode, guru dan lainnya yang berkaitan dengan pendidikan. dari hasil studi terhadap pemikiran al-Ghazali dapat diketahui dengan jelas, bahwa tujuan akhir yang ingin dicapai melalui kegiatan pendidikan ada dua. Pertama, tercapainya kesempurnaan insani yang bermuara pada pendekatan diri kepada Allah, dan kedua, kesempurnaan insani yang bermuara pada kebahagiaan dunia akhirat. Karena itu ia bercita-cita mengajarkan manusia agar mereka sampai pada sasaran-sasaran yang meruapakn tujuan akhir dan maksud pendidikan itu. Tujuan ini tampak bernuansa religius dan moral, tanpa mengabaikan masalah duniawi.

·         Kurikulum

Konsep kurikulum yang dikemukakan al-Ghazali terkait erat dengan konsepnya mengenai ilmu pengetahuan. Dlam pandangan al-Ghazali ilmu terbagi menjadi tiga bagian, sebagai berikut.
Pertama, ilmu-ilmu yang terkutuk baik sedikit maupun banyak, yaitu ilmu-ilmu yang tidak ada manfaatnya, baik di dunia maupun di akhirat, speerti ilmu sihir, nujum dan ramalan. Kedua, ilmu-ilmu yang terpiju baik sedikit maupun banyak, yaitu ilmu yang erat kaitannya dengan peribadatan dan macam-macamnya, seperti ilmu yang berkaitan dengan kebersihan diri dari cacat dan dosa serta ilmu yangd apat menjadi bekal bagi seseorang untuk mengetahui yang baik dan melaksanakannya, ilmu-ilmu yang mengajarkan manusia tentang cara-cara mendekatkan diri kepada Allah dan melakukan sesuatu yang diridhai-Nya, serta dapat membekali hidupnya di akhirat. Ketiga, ilmu-ilmu yang terpuji dalam kadar tertentu, atau sedikit, dan tercela jika dipelajari secara mendalam, karena dengan mendalaminyadapat terjadinya kekacauan dan kesemrawutan antara keyakinan dan keraguan, serta dapat pula membawa kepada kekafiran, speerti ilmu filsafat. Mengenai ilmu filsafat dibagi oleh al-Ghazali menjadi ilmu matematika, logika, ilahiyat, fisika, politik dan etika.
Sampai di sini tampaklah oleh kita bagaimana al-Ghazali membagi ilmu-ilmu yang bermacam-macam itu serta menetapkan nilainya masing-masingsesuai dengan manfaat dan mudharatnya. ia yakin bahwa ilmu dengan segala macamnya itu, baik ilmu aqliyah maupun ilmu amaliyah, tidak sama nilainya, dan karena itu pula keutamaannya berbeda.
·         Metode
Di dalam adab murid keenam disebutkan bahwa belajar seharusnya dilakukan secara bertahap. Kebertahapan dapat berarti :
a.  Proses pendidikan dimulai dari mempelajari yang paling penting bagi murid. Ilmu yang paling penting adalah ilmu fardhu ‘ain. Ilmu fardhu ‘ain adalah prioritas pertama setiap pelajar. al-Ghazali mencela orang yang menyibukkan diri dengan ilmu fardhu kifayah tetapi melupakan ilmu fardhu ‘ain.
b. Dimulai dari yang paling mudah karena memulai belajar dari yang paling mudah memberikan semangat dan menghindarkan diri dari rasa putus asa. Oleh karena itu dalam mendidik guru hendaknya menyesuaikan penyampaian pelajaran sesuai dengan kecerdasan atau daya tangkap murid. Al-Ghazali melarang seorang guru memaksakan suatu pelajaran yang tidak bisa dicapai atau belum siap diterima oleh muridnya.
c. Mengikuti urutan ilmu karena ilmu itu memiliki urutan, dalam pengertian suatu ilmu baru bisa dipahami jika sudah dikuasai ilmu yang lain, atau kita sebut dengan ilmu prasyarat. Dalam kasus-kasus tertentu, untuk memahami suatu ilmu seseorang harus memahami dulu ilmu prasyarat.
d. Seorang murid harus menghindarkan diri mendengar perselisihan atau beda pendapat di antara ahli ilmu. Dalam satu bidang ilmu seorang murid apalagi pemula sebaiknya berpegang pada pendapat gurunya saja. Mengambil suatu ilmu pada beberapa orang pada saat yang bersamaan dapat membingungkan murid sehingga kemajuan belajarnya menjadi terhambat.
3)      Ibnu Taimiyah
·         tujuan
Pemikiran Ibnu Taimiyah dalam bidang pendidikan dapat dibagi ke dalam pemikirannya dalam  bidang konsep belajar, metodologi pendidikan, hubungan antara manusia dan pendidikan. Seluruh pemikirannya dalam bidang bidang pendidikan itu ia bangun berdasarkan keterangan yang jelas sebagaimana terdapat dalam Al-Qur’an dan as-Sunnah melalui pemahaman yang mendalam, jernih dan energik. Pemikirannya dalam bidang pendidikan itu merupakan respon terhadap berbagai masalah yang dihadapi masyarakat Islam pada saat itu yang menuntut pemecahan yang secara strategis melalui jalur pendidikan. Semuanya itu secara singkat dapat dikemukakan sebagai berikut :
·         Kurikulum
      Menurut Ibn Taimiyah kurikulum atau materi pelajaran yang utama yang harus diberikan kepada anak didik adalah mengajarkan putera-puteri kaum muslimin sesuai yang diajarkan Allah kepadanya, dan mendidiknya agar selalu patuh dan tunduk kepada Allah dan RasulNya. Ibn Taimiyah mencoba menjelaskan kurikulum dalam arti materi pelajaran dalam hubungannya dengan tujuan yang ingin dicapainya, yang secara ringkas dapat dikemukakan melalui 4 tahap :
      Pertama, kurikulum yang berhubungan dengan mengesakan Tuhan , yaitu mata pelajaran yang berkaitan dengan ayar-ayat Allah yang ada dalam kitab suci Al-Quran dan ayat-ayatNya yang ada dijagad raya dan diri manusia sendiri.
     Kedua, kurikulum yang berhubungan dengan mengetahui secara mendalam terhadap ilmu-ilmu Allah, yaitu pelajaran yang ada hubungannya dengan upaya melakukan penyelidikan secara mendalam terhadap semua makhlukNya.
     Ketiga, kurikulum yang berhubungan dengan upaya yang mendorong manusia mengetahui secara mendalam terhadap kekuasaan Allah, yaitu pengetahuan yang berhubungan dengan mengetahui pembagian makhluk Allah yang meliputi berbagai aspek.
     Keempat, kurikulum yang berhubungan dengan upaya yang mendorong untuk mengetahui perbuatan-perbuatan Allah, yaitu dengan melakukan penelitian secara cermat terhadap berbagai ragam kejadian dan peristiwa yang tampak dalam wujud yang beraneka ragam
·         Metode Pendidikan
Menurut Ibn Taimiyah pada garis besarnya metode pengajaran dapat dibagi kepada dua bagian, yaitu metode ilmiyah dan metode iradiyah.
1).  At- Thariqah al-‘Ilmiyah (Metode Ilmiyah)
       Ibn Taimiyah menamai metode ilmiyah karena dengan metode itulah akan dijumpai pemikiran yang lurus dalam memahami dalil, argumen dan sebab-sebab yang menyampaikan pada ilmu, dan orang yang menyampaikan cara tersebut dinamai at-thalib (penuntut ilmu). Sementara an-nadzr (perenungan) di bawahnya terdapat unsur hak dan bathil, terpuji dan tercela. Metode ilmiyah ini didasarkan pada tiga hal, yaitu (1) benarrnya alat untuk mencapai ilmu, (2) penguasaan secara menyeluruh terhadap seluruh proses belajar, dan (3)mensejajarkan antara amal dan pengetahuan.

2). At-Thariqah al-Iradah

      Ibn Taimiyah menamai metode al-Iradiyah, karena metode itu merupakan metode yang mengantarkan seseorang pada pengamalan ilmu yang diajarkannya. Seorang pelajar yang menempuh metode ini disebut murid.Tujuan utama metode ini adalah mendidik kemauan seorang pelajar sehingga ia tidak tergerak hatinya untuk melakukan sesuatu perbuatan kecuali yang diperintahkan Allah swt.

0 komentar:

Posting Komentar