Mengapa
filsafat itu penting? Kemukakan
pandangan beberapa tokoh mengenai pentingnya filsafat !
Jawab :
Ø Filsafat itu penting karena :
1. dengan
berfilsafat kita dapat memanusiakan diri, lebih mendidik dan membangun diri
sendiri.
2. dapat mempertahankan
sifat yang objektif dan mendasarkan pendapat pengetahuan yang objektif,tidak
hanya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan simpati dan antipati saja.
3. mengajar dan
melatih kita memandang dengan luas. Jadi, menyembuhkan kita dari kepicikan, dari
Akuisme dan aku sent isme, hanya mementingkan Aku hanya saja, yang dapat
merugikan perkembangan manusia seutuhnya.
4. Dengan pelajaran
filsafat, kita diharapkan menjadi orang yang dapat berfikir sendiri, tidak
menjadi yesman atau yes woman. kita harus menjadi orang yang sungguh sungguh
mandiri, terutama dalam lapangan kerohanian dan menyempurnakan cara kita
berfikir, dan memiliki sifat kritis. Disinilah pentingnya pelajaranfilsafat
logika.
Filsafat
dengan fungsinya sebagai mater scientiarum (induk ilmu pengetahuan( bearti
mencakup semua ilmupengetahuan khusus. Filsafat sebagai pengangan manusia pada
masa itu,dalam mengarungi hidup dankehidupan. Dengan menguasai filsafat zaman
itu(sebelum masehi), dapatlah seorang ahli menjawab segala permasalahan di dunia
ini, baik masalah manusia sendiri,alamnya,mau pun Tuhanya.Dalam perkembangan
selanjutnya, sejalan dengan perkembangan zaman, meningkatnya kebutuhan
hidupmanusia, dan berkembangnya kehidupan modern maka semakin terasalah
kebutuhan untuk menjawab segala tantangan manusia yang ada. Dalam keadaan yang
demikian, lahirlah ilmu-ilmu pengetahuan khusus.Momentum pemisahan antara
filsafat dengan ilmu pengetahuan khusus bermula sekitar abad pertenghan. Pada
saat lahirnya zaman renaissance (misl ilmu fisika dan matematika).
5. memikirkan
suatu masalah secara mendalam dan kritis, membentuk argumen dalam bentuk lisan
maupun tulisan secara sistematis dan kritis, mengkomunikasikan ide secara
efektif, dan mampu berpikir secara logis dalam menangani masalah-masalah
kehidupan yang selalu tak terduga.
6. Dengan belajar filsafat, kita akan dilatih
menjadi manusia yang utuh, yakni yang mampu berpikir mendalam, rasional,
komunikatif. Apapun profesi kita, kemampuan-kemampuan ini amat dibutuhkan. Di
sisi lain, dengan belajar filsafat, kita juga akan memiliki pengetahuan yang
luas, yang merentang lebih dari 2000 tahun sejarah manusia.
7. Dengan
belajar filsafat, kita akan mampu melihat masalah dari berbagai sisi, berpikir
kreatif, kritis, dan independen, mampu mengatur waktu dan diri, serta mampu
berpikir fleksibel di dalam menata hidup yang terus berubah.
8. Filsafat
mengajak kita untuk memahami dan mempertanyakan ide-ide tentang kehidupan,
tentang nilai-nilai hidup, dan tentang pengalaman kita sebagai manusia.
Berbagai konsep yang akrab dengan hidup kita, seperti tentang kebenaran, akal
budi, dan keberadaan kita sebagai manusia, juga dibahas dengan kritis,
rasional, serta mendalam.
9. Filsafat itu
bersifat terbuka. Sekali lagi, filsafat tidak memberikan jawaban mutlak yang
berlaku sepanjang masa. Filsafat menggugat, mempertanyakan, dan mengubah
dirinya sendiri. Ini semua sesuai dengan semangat pendidikan yang sejati.
10. Filsafat
mengajarkan kita untuk melakukan analisis, dan mengemukakan ide dengan jelas
serta rasional. Filsafat mengajarkan kita untuk mengembangkan serta
mempertahankan pendapat secara sehat, bukan dengan kekuatan otot, atau kekuatan
otoritas politik semata.
11. Filsafat
adalah komponen penting kepemimpinan. Dengan belajar berpikir secara logis,
seimbang, kritis, sistematis, dan komunikatif, anda akan menjadi seorang
pemimpin ideal, yang amat dibutuhkan oleh berbagai bidang di Indonesia sekarang
ini.
Ø
pandangan
beberapa tokoh mengenai pentingnya filsafat
1) Menurut
Harold H. Titus, Filsafat adalah suatu usaha untuk memahami alam semesta,
maknanya dan nilainya. Apabila tujuan ilmu adalah control dan tujuan seni
adalah kreaktifitas, bentuk keindahan danekspresi. Maka, tujuan filsafat adalah
pengertian dan kebijaksanaan.
2) Menurut Dr.
Omar A. Hoesin bahwa filsafat memberikan kepuasan kepada keinginan manusia
akanpengetahuan yang tersusun dengan tertib akan kebenaran.
3) Menurut S.
Takdir Alisyabana bahwa filsafat dapat memberikan ketenangan fikiran dan kemantapan
hati,meskipun sekalipun maut. Dalam tujuannya yang tunggal ( yaitu kebenaran)
itulah letak kebesarannya,kemuliaan. Kebenaran disini dalam arti yang
sebenar-benarnya dan seluas-luas baginya itulah tujuan yangtertinggi dan
satu-satunya.
4) Menurut Radhakrishnan
tugas filsafat bukanlah sekedar mencerminkan semangat masa dimasa
hidupmelainkan membimbing maju. Funsi filsafat adalah rekreatif, menetapkan
nilai, menetapkan tujuan,menentukan arah dan tujuan yang baru.
5) Beberapa
pendapat diatas sangatlah berbeda dengan Soemadi Soerjabrata, mempelajari
filsafat adalahmempertajam pikiran. Dimana berfilsafat tidak hanya sekedar
mengetahui, melainkan harus mempraktekkandalam kehidupan sehari-hari. Orang
mengaharapkan bahwa filsafat akan memberikan kepadanya dasar-dasar pengetahuan
yang membutuhkan hidup secara baik. Filsafat harus mengajar manusia, bagaimana
iaharus hidup bahagia dan baik.
6) Plato bahwa
ia merasakan berfikir dan memikirkan itu sebagai suatu nikmat yang luar biasa
sehinggadiberi peredikat sebagai keinginan yang maha berharga.
7) Rene
Descartes. Sebagai pelopor filsafat modern dan pelopor pembaharuan dalam abad
ke -17 yangterkenal dengan ucapan “cegito ergo sum” (karena berfikir, maka saya
ada) sebagai landasan filsafatnya.Berfilsafat berarti berpangkal pada sesuatu
kebenaran yang fundamental atau pengalaman yang asasi.
8) Prof. Dr. N.
Driyakara S.J. filsafat adalah pikiran manusia yang radikal, dengan
menyampaikan pendapatdan pendirian-pendirian yang diterima saja dengan mencoba
memperlihatkan pandangan yang merupakan akar dari lain-lain pandangan dan sikap
praktis.” Pandangan diarahkan kepada sebab-sebab yang terakhiratau sebab
pertama (filsafat causis), dan tidak diarahka kepada yang terdekat (secundari
causis). Sepanjangkemungkinan yang ada pada budi nurani manusia sesuai
kemmampuannya.
9) Afred Nort Withchead filsafata adalah keinsafan dan
pandangaan jauh kedepan dan suatu kesadaran akanhidup. Pendeknya, kesadaran dan
kepentingan yang memberi semagat kepada seluruh usaha peradabanmanusia”
10) Maurice
Marieau Ponty (seoarbg tokoh filsafat modern excistencialisme). Jasa dari
filsafat itu terletakdalam sumber penyelidikannya, sumber itu adalah eksistensi
dan dengan sumber itu kita bisa berfikirtentang manusia”.
11) Gabriel Marcell (excistencialisme) hakekatnya
manusia itu terletak dalam hasratnya untuk berkomunikasiuntuk bersatu dengan
Person atau pribadi lain dengan penuh kepercayaan . dan itu hanya mungkin
karenahasrat manusia untuk percaya kepada toi absolu, kepada dikau yang mutlak
yaitu tuhan sendiri
Apa bedanya filsafat dengan ilmu dan filsafat dengan agama?
ü bedanya filsafat dengan ilmu
Filsafat
Mempelajari pengertian utama adalah langkah
pertama mencari perbedaan antara filsafat dengan ilmu pengetahuan.
Filsafat merupakan cara pandang kehidupan oleh individu atau kelompok yang mana
dianggap sebagai dasar kehidupan yang diinginkan.
Dalam hal ini, seorang individu atau kelompok memikir
segala sesuatu secara sadar, dewasa dan mendalam. Mereka melihat sebuah
permasalahan dalam ruang lingkup luas dan segala hubungan secara menyeluruh.
Individu yang menerapkan filsafat tertentu dalam
kehidupan akan berfikir secara filosofi, yaitu mengandalkan disiplin tinggi
dalam berpikir, cara pemikiran sistematis, menyusun skema secara konsepsi dan
menyeluruh.
Perbedaan filsafat dengan ilmu pengetahuan tampak
jelas dari manfaat utama yang dapat diserap oleh manusia dan kelompok. Filsafat
memberi manfaat luar biasa bagi kehidupan sebab dianggap sebagai elemen dasar
dalam bertindak, mengambil keputusan, meminimalisir terjadinya konflik dan siap
siaga menghadapi perubahan situasi.
Filsafat sendiri telah terbagi menjadi empat jenis
dalam ilmu pengetahuan, yaitu: materialisme, idealisme, realisme dan pragmatis.
Filsafat tumbuh subur di Yunani karena tidak adanya kasta pendeta, sehingga
segala sesuatu bebas dibahas secara intelektual. Tokoh yang paling terkenal
adalah Plato.
Ilmu pengetahuan
Apa perbedaan filsafat dengan ilmu pengetahuan?
Sebelum membahas lebih detail, pelajari dahulu pengertian utamanya. Secara
keseluruhan, ilmu pengetahuan merupakan segala kegiatan manusia yang dilakukan
secara sadar dalam upaya mencari tahu segala segi kehidupan dan alam sehingga
diperoleh kepastian. Ilmu pengetahuan merangkum semua hal yang ada dalam kehidupan
berdasarkan teori-teori yang telah disepakati serta teruji.
Ilmu pengetahuan berusaha mencari jawaban dari
penyebab dan mengapa itu bisa terjadi. Dalam pengelompokkan, ada beberapa
syarat yang harus dipenuhi sehingga boleh dianggap bagian dari ilmu
pengetahuan, yakni objektif, metodis, sistematis dan universal. Sains atau ilmu
pengetahuan didukung beragam model, hipotesis, teori dan hukum. Masing-masing
saling mendukung satu sama lain sehingga mampu menyampaikan jawaban yang dicari
oleh manusia. Banyak tokoh-tokoh penting dalam dunia ilmu pengetahuan, mereka
berperan penting meningkatkan kehidupan sehingga jauh lebih baik dan moderen.
Kesimpulan Perbedaan Antara Filsafat Dengan Ilmu
Pengetahuan
Perbedaan
filsafat dengan ilmu pengetahuan terletak jelas
dari pengertian awal. Filsafat diperlukan manusia sebagai panduan dalam
menjalani kehidupan, sedangkan ilmu pengetahuan diperlukan untuk menjawab
segala bentuk pertanyaan. Filsafat membentuk karakteristik seorang individu
atau kelompok dan ilmu pengetahuan bertindak sebagai penunjang
Ø Obyek material [lapangan] filsafat itu bersifat universal [umum],
yaitu segala sesuatu yang ada [realita] sedangkan obyek material ilmu
[pengetahuan ilmiah] itu bersifat khusus dan empiris. Artinya, ilmu hanya
terfokus pada disiplin bidang masing-masing secra kaku dan terkotak-kotak,
sedangkan kajian filsafat tidak terkotak-kotak dalam disiplin tertentu
Ø Obyek formal [sudut pandangan] filsafat itu bersifat non
fragmentaris, karena mencari pengertian dari segala sesuatu yang ada itu secara
luas, mendalam dan mendasar. Sedangkan ilmu bersifat fragmentaris, spesifik,
dan intensif. Di samping itu, obyek formal itu bersifatv teknik, yang berarti
bahwa cara ide-ide manusia itu mengadakan penyatuan diri dengan realita
Ø Filsafat dilaksanakan dalam suasana pengetahuan yang menonjolkan
daya spekulasi, kritis, dan pengawasan, sedangkan ilmu haruslah diadakan riset
lewat pendekatan trial and error. Oleh karena itu, nilai ilmu terletak pada
kegunaan pragmatis, sedangkan kegunaan filsafat timbul dari nilainnya
Ø Filsafat memuat pertanyaan lebih jauh dan lebih mendalam
berdasarkan pada pengalaman realitas sehari-hari, sedangkan ilmu bersifat
diskursif, yaitu menguraikan secara logis, yang dimulai dari tidak tahu menjadi
tahu
Ø Filsafat memberikan penjelasan yang terakhri, yang mutlak, dan
mendalam sampai mendasar [primary cause] sedangkan ilmu menunjukkan sebab-sebab
yang tidak begitu mendalam, yang lebih dekat, yang sekunder [secondary cause]
ü Bedanya filsafat dengan agama
Filsafat
1. Filsafat
berarti berpikir, jadi yang penting ialah ia dapat berpikir.
2. Menurut
William Temple, filsafat adalah menuntut pengetahuan untuk memahami.
3. C.S. Lewis
membedakan enjoyment dan contemplation, misalnya laki-laki mencintai perempuan.
Rasa cinta disebut enjoyment, sedangkan memikirkan rasa cintanya disebut
contemplation, yaitu pikiran si pecinta tentang rasa cintanya itu.
4. Filsafat
banyak berhubungan dengan pikiran yang dingin dan tenang.
5. Filsafat
dapat diumpamakan seperti air telaga yang tenang dan jernih dan dapat dilihat
dasarnya.
6. Seorang ahli
filsafat, jika berhadapan dengan penganut aliran atau paham lain, biasanya
bersikap lunak.
7. Filsafat,
walaupun bersifat tenang dalam pekerjaannya, sering mengeruhkan pikiran
pemeluknya.
8. Ahli
filsafat ingin mencari kelemahan dalam tiap-tiap pendirian dan argumen,
walaupun argumenya sendiri.
9. Filsafat
adalah pengetahuan tentang non empirik dan nonekspirmental diperoleh manusia
melalui usaha.
Agama
1. Agama
berarti mengabdikan diri, jadi yang penting ialah hidup secara beragama sesuai
dengan aturan-aturan agama itu.
2. Agama
menuntut pengetahuan untuk beribadat yang terutama merupakan hubungan manusia
dengan Tuhan.
3. Agama dapat
dikiaskan dengan enjoyment atau rasa cinta seseorang, rasa pengabdian
dedication atau contentment.
4. Agama banyak
berhubungan dengan hati.
5. Agama dapat
diumpamakan sebagai air sungai yang terjun dari bendungan dengan gemuruhnya.
6. Agama, oleh
pemeluk-pemeluknya, akan dipertahankan dengan habis-habisan, sebab mereka telah
terikat dn mengabdikan diri.
7. Agama, di
samping memenuhi pemeluknya dengan semangat dan perasaan pengabdian diri, juga
mempunyai efek yang menenangkan jiwa pemeluknya.
8. Filsafat
penting dalam mempelajari agama.
9. Agama adalah
kebenaran yang bersumber dari wahyu Tuhan mengenai berbagai hal kehidupan
manusia dengan lingkungannya.
Kesimpulan Perbedaan
Antara Filsafat Dengan agama
Ø Filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang non empiric dan
non eksprimental, diperoleh manusia melalui usahanya dengan pikirannya yang
mendalam.
Ø Agama adalah kebenaran yang bersumber dari wahyu Tuhan mengenai
berbagai hal kehidupan manusia dan lingkungannya. Jadi kebenaran agama bukan
merupakan hasil usaha manusia.
Sebut dan uraikan masing-masing dari aliran filsafat barat dan
aliran filsafat pendidikan barat serta para tokohnya ?
ü aliran filsafat barat
1.
Rasionalisme
Filosof yang menganut mazhab ini berpandangan bahwa Pertama, akal
dalam diri manusia merupakan sumber dari semua ilmu yang hakiki. Jadi sumber
pengetahuan manusia itu bagi mereka adalah rasio/akal. Kedua, terkait alam
(kosmik), mereka menerima adanya wujud spiritual atau rasio yang merupakan asal
usul dari segala entitas. Dalam mazhab rasionalisme ini terdapat tokoh-tokoh
yang terkenal diantaranya: Plato (427-347 SM), Rene Descartes dan Leibniz untuk
masa modern. Dalam dunia filsafat Barat, Plato dikenal sebagai murid dari
Sokrates. Ketika gurunya dihukum mati pada tahun 399 SM, Plato berusia kurang
lebih 31 tahun. Ada sebuah ungkapan terkenal bahwa keseluruhan filsafat Barat
hanyalah sekedar catatan kaki untuk Plato saja. Ini karena tulisan-tulisan
Plato telah meletakkan suatu tujuan yang kemudian dapat dikatakan menjadi
pedoman filsafat pada umumnya.
Menurut Prof K. Bertens, Plato adalah filosof pertama dalam sejarah
filsafat yang memilih dialog sebagi bentuk sastra untuk mengeskpresikan
pikiran-pikirannya. Plato memilih dialog sebagai sastra karena ia yakin bahwa
inti filsafat adalah dialog. Namun disatu sisi karena Plato mengarang
filsafatnya dengan format dialog, tidak mengherankan pula kalau pemikirannya kurang bersifat
sistematis.Secara garis besar ajaran filsafat Plato meliputi: ajaran tentang
Ide-ide, Jiwa, dan Negara. Sekarang beralih ke Rene Descartes (1596-1650 M).
Dia adalah filosof Perancis yang
berlatar belakang sebagai ilmuwan matematika. Namanya masyhur karena
ungkapan Cogito ergo sum yang artinya“Aku berfikir, maka aku ada”.
Michael Hart memasukkan Descartes di urutan 49 sebagai 100 tokoh
yang paling berpengaruh dalam sepanjang masa. Descartes layak masuk dikarenakan
ada 5 ide Descartes yang punya pengaruh
penting terhadap jalan pikiran di Eropa seperti: 1) pandangan mekanisnya
mengenai alam semesta, 2) sikapnya yang positif terhadap penelitian ilmiah 3)
perhatiannya pada penggunaan matematika
dalam ilmu pengetahuan, 4) pembelaannya terhadap dasar awal sikap skeptis, 5)
pemusatan perhatian terhadap epistemologi.
Meski dia dipandang sebagai bapak filsafat modern yang memiliki
pengaruh besar di Eropa, akan tetapi seumur hidupnya dia tidak pernah menikah.
Walau tidak menikah dia punya anak perempuan
bernama Francine yang lahir di Belanda pada tahun 1635.
Adapun Gottfried Wilhelm Leibniz, dia adalah filosof asal Jerman.
Jenjang pendidikannya sampai doktor
hukum di Universitas dimana ayahnya mengajar. Dia dikenal sebagai pencetus
“Monadologi”, maksudnya Leibniz ini mengasumsikan adanya subtansi-subtansi yang
tak terbatas jumlahnya yang dianggap sebagai unsur-unsur utama dalam susunan
alam. Dengan kata lain inilah Monad atau atom-atom spiritual. Pemikirannya
tentang monad inilah yang menjadi inti dari filsafat alamnya Leibniz.
2.
Empirisme
Jika mazhab Rasionalisme bertumpu pada akal sebagai sumber
pengetahuan, maka Empirisme memilih pengalaman (inderawi) sebagai sumber utama.
Empirisme berasal dari kata Yunani emperia yang berarti pengalaman. Pada masa
modern, terdapat dua pandangan mengenai
siapa pelopornya,Pertama, Empirisme ini dipelopori oleh Francis Bacon
(1561-1626).Kedua, Empirisme ini dipelopori oleh John Locke (1632-1704). Locke
berkata, “Tidak ada pengetahuan manusia yang bisa melebihi pengalamannya” .
Doktrin empirisme ini sangat kuat mengakar di Inggris. Mazhab Empirisme
kemudian dikembangkan lebih luas oleh Thomas hobbes, Berkeley dan yang
terpenting adalah David Hume (1711-1776 M) dan John stuart Mills. Di masa
klasik, empirisme dikembangkan oleh Aristoteles. Bagi Aristoteles, pengetahuan
inderawi merupakan dasar dari semua pengetahuan kita.
3.
Kritisisme
Kedua mazhab atau aliran diatas hanya berbeda pijakan. Yang satu
mengacu pada rasio dan yang lain pada pengalaman inderawi. Porsi perbedaan
kedua aliran ini makin tajam pada abad
17-18 M. Munculah mazhab Kritisisme yang diusung oleh Emmanuel Kant
(1724-1804). Ini adalah filsafat yang menengahi rasio/akal dan pengalaman
inderawi. Filsafat ini tidak murni rasional dan tidak murni empirik. Lantas
mengapa dinamai kritisisme? Kritisisme yang diusung Kant tujuannya untuk
mengkritisi dua mazhab tersebut dan mejelaskan kekurangan-kekurangannya. Sedikit
membahas sosok Kant, dia adalah salah satu filosof yang berpengaruh dalam
sejarah filsafat modern. Akan tetapi pemikiran Kant sulit dipahami, bahkan oleh
orang
yang menguasai bahasa Jerman sekaligus. Wilhem Windelband
mengatakan “ Memahami Kant berarti melampaui dia”. Ajaran filsafat Kant
berpusat pada 3 hal: Proses pengetahuan
manusia, ajaran tentang moral serta hubungan Moral dengan eksistensi Allah.
4.
Kontemporer
Selain ketiga Mazhab Rasionalisme, Empirisme dan Kritisisme,
pengkaji ilmu filsafat memasukkan aliran-aliran idealisme, pragmatisme
(filsafat Praktis), Materialisme, Eksistensialisme (filsafat yang mengkaji wujud
manusia dan segala persoalan hidupnya), fenomenologi, dan filsafat Positivisme
ke dalam mazhab kontempore
ü aliran filsafat pendidikan barat
1. Aliran Progresivisme
Progresivisme adalah suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan
pada tahun 1918. Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa
kini mungkin tidak benar di masa mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak
bukannyamemfokuskan pada guru atau bidang muatan. Beberapa tokoh dalam aliran
ini aalah George Axtelle, William O. Stanley, Ernest Bayley, Lawrence B. Thomas
dan Frederick C. Neff. Progresivisme
mempunyai konsep yang didasari oleh kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai
kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi serta mengatasi
masalah-masalah yang bersifat menekan atau mengancam keberlangsungan manusia
itu sendiri. Sehubungan dengan hal itu, progresivisme kurang menyetujui adanya
pendidikan yang bercorak otoriter.
Pendidikan yang bercorak otoriter ini dapat diperkirakan mempunyai
kesulitan untuk mencapai tujuan-tujuan (yang baik), karena kurang menghargai
dan memberikan tempat yang semestinya kepada kemampuan-kemampuan dalam proses
pendidikan. Padahal semua itu adalah ibarat motor penggerak manusia dalam
usahanya untuk mengalami kemajuan (proggress). Oleh karena itu, kemajuan
(progress) ini menjadi perhatian kaum progresivisme, maka beberapa ilmu
pengetahuan yang mampu menumbuhkan kemajuan dipandang oleh progresivisme
merupakan bagian-bagain utama dari sebuah peradaban.
2. Aliran Esensialisme
Aliran esensialisme merupakan aliran pendidikan yang didasarkan
pada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia.
Esensialisme muncul pada zaman Renaisance dengan cirri-cirinya yang berbeda
dengan progesivisme. Dasar pijakan aliran ini lebih fleksibel dan terbuka untuk
perubahan, toleran, dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu.
Esensiliasme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang
memiliki kejelasan dan tahan lama, yang meberikan kestabilan dan nilai-nilai
terpilih yang mempunyai tata yang jelas (Zuhairini, 1991: 21).
Idealisme, sebagai filsafat hidup, memulai tinjauannya mengenai
pribadi individu dengan menitikberatkan pada aku. Menurut idealisme, pada tarap
permulaan seseorang belajar memahami akunya sendiri, kemudian ke luar untuk
memahami dunia objektif. Dari mikrokosmos menuju ke makrokosmos. Menurut
Immanuel Kant, segala pengetahuan yang dicapai manusia melalui indera
memerlukan unsure apriori, yang tidak didahului oleh pengalaman lebih dahulu.
Bila orang berhadapan dengan benda-benda, bukan berarti semua itu
sudah mempunayi bentuk, ruang, dan ikatan waktu. Bentuk, ruang , dan waktu
sudah ada pada budi manusia sebelum ada pengalaman atu pengamatan. Jadi,
apriori yang terarah bukanlah budi pada benda, tetapi benda-benda itu yang
terarah pada budi. Budi membentuk dan mengatur dalam ruang dan waktu. Dengan
mengambil landasan pikir tersebut, belajar dapat didefinisikan sebagai
substansi spiritual yang membina dan menciptakan diri.
3. Aliran Perenialisme
Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses
mengembalikan keadaan sekarang. Perenialisme memberikan sumbangan yang
berpengaruh baik teori maupun praktik bagi kebudayaan dan pendidikan zaman
sekarang (Muhammad Noor Syam, 1986: 154). Dari pendapat ini diketahui bahwa
perenialisme merupakan hasil pemikiran yang memberikan kemungkinan bagi
sseorang untuk bersikap tegas dan lurus. Karena itulah, perenialisme
berpendapat bahwa mencari dan menemukan arah arsah tujuan yang jelas merupakan
tugas yang utama dari filsafat, khususnya filsafat pendidikan.
Menurut perenialisme, ilmu pengetahuan merupakan filsafat yang
tertinggi, karena dengan ilmu pengetahuanlah seseorang dapat berpikir secara
induktif. Jadi, dengan berpikir maka kebenaran itu akan dapat dihasilkan.
Penguasaan pengetahuan mengenai prinsip-prinsip pertama adalah modal bagi
seseorang untuk mengembangkan pikiran dan kecerdasan. Dengan pengetahuan, bahan
penerangan yang cukup, orang akan mampu mengenal dan memahami factor-faktor dan
problema yang perlu diselesaikan dan berusaha mengadakan penyelesaian
masalahnya.
Diharapkan anak didik mampu mengenal dan mengembangkan karya-karya
yang menjadi landasan pengembangan disiplin mental. Karya-karya ini merupakan
buah pikiran besar pada masa lampau. Berbagai buah pikiran mereka yang oleh
zaman telah dicatat menonjol seperti bahasa, sastra, sejarah, filsafat,
politik, ekonomi, matematika, ilmu pengetahuan alam, dan lain-lainnya, yang
telah banyak memberikan sumbangan kepada perkembangan zaman dulu.
Tugas utama pendidiakn adalah mempersiapkan anak didik ke arah
kematangan. Matang dalam arti hiodup akalnya. Jadi, akal inilah yang perlu
mendapat tuntunan ke arah kematangan tersebut. Sekolah rendah memberikan
pendidikan dan pengetahuan serba dasar. Dengan pengetahuan yang tradisional
seperti membaca, menulis, dan berhitung, anak didik memperoleh dasar penting
bagi pengetahuan-pengetahuan yang lain.
Sekolah, sebagai tempat utama dalam pendidikan, mempesiapkan anak
didik ke arah kematangan akal dengan memberikan pengetahuan. Sedangkan tugas
utama guru adalah memberikan pendidikan dan pengajaran (pengetahuan) kepada
anak didik. Dengan kata lain, keberhasilan anak dalam bidang akalnya sangat
tergantung kepada guru, dalam arti orang yang telah mendidik dan mengajarkan.
4. Aliran
Rekonstruksionisme
Kata Rekonstruksionisme bersal dari bahasa Inggris reconstruct,
yang berarti menyusun kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan,
rekonstruksionisme merupakan suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan
hidup kebudayaan yang bercorak modern. Aliran rekonstruksionisme pada
prinsipnya sepaham dengan aliran perenialisme, yaitu berawal dari krisis
kebudayaan modern. Menurut Muhammad Noor Syam (1985: 340), kedua aliran
tersebut memandang bahwa keadaan sekarang merupakan zaman yang mempumyai
kebudayaan yang terganggu oleh kehancuran, kebingungan, dan kesimpangsiuran.
Aliran rekonstruksionisme berkeyakinan bahwa tugas penyelamatan
dunia merupakan tugas semua umat manusia. Karenanya, pembinaan kembali daya
intelektual dan spiritual yang sehat melalui pendidikan yang tepat akan membina
kembali manusia dengan nilai dan norma yang benar pula demi generasi yang akan
datang, sehingga terbentuk dunia baru dalam pengawasan umat manusia.
Di samping itu, aliran ini memiliki persepsi bahwa masa depan suatu
bangsa merupakan suatu dunia yang diatur dan diperintah oleh rakyat secara
demokratis, bukan dunia yang dikuasai oleh golongan tertentu. Cita-cita
demokrasi yang sesungguhnya tidak hanya teori, tetapi mesti diwujudkan menjadi
kenyataan, sehingga mampu meningkatkan kualitas kesehatan, kesejahteraan dan
kemakmuran serta keamanan masyarakat tanpa membedakan warna kulit,, keturunan,
nasionalisme, agama (kepercayaan) dan masyarakat bersangkutan.
Sebutkan
3 para filosof muslim, dan uraikan pemikiran mereka terhadap pendidikan serta
jelaskan metode dan kurikulum apa yang mereka terapkan?
1)
Ibnu
sina
Pemikiran Ibnu Sina dalam pendidikan antara lain berkenaan dengan
tujuan pendidikan, kurikulum, dan metode pengajaran.
·
Tujuan
Pendidikan
Menurut Ibnu Sina, bahwa tujuan pendidikan harus diarahkan pada
pengembangan seluruh potensi yang dimiliki seseorang ke arah perkembangannya
yang sempurna, yaitu perkembangan fisik, intelektual dan budi pekerti. Selain
itu tujuan pendidikan menurut Ibnu Sina harus diarahkan pada upaya mempersiapkan
seseorang agar dapat hidup di masyarakat secara bersama-sama dengan melakukan
pekerjaan atau keahluian yang dipilihnya sesuai dengan bakat, kesiapan dan
kecenderungan dan potensi yang dimilikinya.[5] Selain itu Ibnu Sina juga
mengemukakan tujuan pendidikan yang bersifat keterampilan yang ditujukan pada
pendidikan bidang perkayuan, penyablonan dan sebagainya, sehingga akan muncul
tenaga-tenaga yang professional yag mampu mengerjakan secara professional.
Selain itu tujuan pendidikan yang dikemukakan Ibnu Sina tersebut
tampak didasarkan pada pandangannya tentang Insan Kamil (Manusia Yang
Sempurna), yaitu manusia yang terbina seluruh potensi dirinya secara seimbang
dan menyeluruh, sebagaimana dikemukakan pada bagia diatas. Ibnu Sina juga ingin
agar tujuan pendidikan universal itu diarahkan kepada terbentuknya manusia yang
sempurna itu.
Rumusan tujuan pendidikan yang dikemukakan Ibnu Sina tampak
mencerminkan sikapnya yang selain sebagai seorang pemikir, juga sebagai pekerja
dan praktisi, dan hal itu memang terdapat dalam dirinya sebagaimana dikemukakan
diatas. Melalui tujuan pendidikan yang dirumuskannya, ia tampak menghendaki
agar orang lain meniru dirinya.
·
Kurikulum
Konsep Ibnu Sina tentang kurikulum didasarkan pada tingkat
perkembangan usia anak didik. Untuk anak usia 3 sampai 5 tahun misalnya,
menurut Ibnu Sina perlu diberikan mata pelajaran olahraga, budi pekerti,
kebersihan, seni suara dan kesenian.
Selanjutnya kurikulum untuk anak usia 6 sampai 14 tahun menurut
Ibnu Sina adalah mencakup pelajarn membaca dan menghafal Al-Qur’an, pelajaran
agama, pelajaran sya’ir, dan pelajaran olahraga.
Sedangkan kurikulum untuk anak usia 14 tahun keatas. Pandangan Ibnu
Sina terhadap mata pelajaran yang harus diberikan kepada anak usia 14 tahun
keatas berbeda dengan mata pelajaran yag harus diberikan kepada anak usia
sebelum 14 tahun sebagaimana telah disebutkan diatas. Mata pelajaran yang dapat
diberikan kepada anak usia 14 tahun keatas, amat banyak jumlahnya, namun
pelajaran tersebut perlu dipilih sesuai dengan bakat dan minat si anak. Ini
menunjukkan perlu adanya pertimbangan denga kesiapan anak didik. Dengan cara
demikian, si anak akan memiliki kesiapan untuk menerima pelajaran tersebut
dengan baik. Ibnu Sina menganjurkan kepada para pendidik agar memilihkan jenis pelajaran
yang berkaitan denga keahlian tertentu yang dapat dikembangkan lebih lanjut
oleh anak didiknya.
·
Metode
Pengajaran
Konsep metode pengajaran yang ditawarkan Ibnu Sina antara lain
terlihat pada setiap materi pelajaran. Dalam setiap pembahasan materi pelajaran,
Ibnu Sina selalu membicarakan tentang cara mengajarkan anak didik. Berdasarkan
pertimbangan psikologisnya, Ibnu Sina berpendapat bahwa suatu materi pelajaran
tertentu tidak akan dapat dijelaskan kepada bermacam-macam anak didik dengan
salah satu cara saja, melainkan harus dicapai dengan berbagai cara sesuai
dengan perkembangan psikologisnya.
Penyampaian materi pelajaran pada anak menurutnya harus disesuaikan
dengan sifat dari materi pelajaran tersebut, sehingga antara metode dengan
materi yang diajarkan tidak ak kehilangan daya relevansinya. Metode pengajaran
yang ditawarkan Ibnu Sina antara lain metode talqin, demonstrasi, pembiasaan
dan teladan, diskusi, magang dan penugasan.
Dari beberapa metode diatas, hingga sekarang masih banyak digunakan
dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini menunjukkan bahwa pemikiran Ibnu Sina
dalam bidang metode pengajaran masih relevan denga tuntutan zaman, bahkan
melampauinya.
2)
Al-Ghazali
Untuk mengetahui konsep pendidikan al-Ghazali ini dapat diketahui
antara lain dengan cara mengetahui dan memahami pemikirannya yang berkenaan
dengan berbagai aspek yang berkaitan dengan pendidikan, yaitu aspek tujuan
pendidikan, kurikulum, metode, etika guru dan etika murid.
·
Tujuan
Pendidikan
Rumusan tujuan pendidikan pada hakikatnya merupakan rumusan
filsafat atau pemikiran yang mendalam tentang pendidikan. Seseorang baru dapat
merumuska suatu tujuan kegiatan jika ia memahami secara benar filsafat yang
mendasarinya. Rumusan tujuan ini selanjutnya akan menentukan aspek kurikulum, metode,
guru dan lainnya yang berkaitan dengan pendidikan. dari hasil studi terhadap
pemikiran al-Ghazali dapat diketahui dengan jelas, bahwa tujuan akhir yang
ingin dicapai melalui kegiatan pendidikan ada dua. Pertama, tercapainya
kesempurnaan insani yang bermuara pada pendekatan diri kepada Allah, dan kedua,
kesempurnaan insani yang bermuara pada kebahagiaan dunia akhirat. Karena itu ia
bercita-cita mengajarkan manusia agar mereka sampai pada sasaran-sasaran yang
meruapakn tujuan akhir dan maksud pendidikan itu. Tujuan ini tampak bernuansa
religius dan moral, tanpa mengabaikan masalah duniawi.
·
Kurikulum
Konsep kurikulum yang dikemukakan al-Ghazali terkait erat dengan
konsepnya mengenai ilmu pengetahuan. Dlam pandangan al-Ghazali ilmu terbagi
menjadi tiga bagian, sebagai berikut.
Pertama, ilmu-ilmu yang terkutuk baik sedikit maupun banyak, yaitu
ilmu-ilmu yang tidak ada manfaatnya, baik di dunia maupun di akhirat, speerti
ilmu sihir, nujum dan ramalan. Kedua, ilmu-ilmu yang terpiju baik sedikit
maupun banyak, yaitu ilmu yang erat kaitannya dengan peribadatan dan
macam-macamnya, seperti ilmu yang berkaitan dengan kebersihan diri dari cacat
dan dosa serta ilmu yangd apat menjadi bekal bagi seseorang untuk mengetahui
yang baik dan melaksanakannya, ilmu-ilmu yang mengajarkan manusia tentang
cara-cara mendekatkan diri kepada Allah dan melakukan sesuatu yang
diridhai-Nya, serta dapat membekali hidupnya di akhirat. Ketiga, ilmu-ilmu yang
terpuji dalam kadar tertentu, atau sedikit, dan tercela jika dipelajari secara mendalam,
karena dengan mendalaminyadapat terjadinya kekacauan dan kesemrawutan antara
keyakinan dan keraguan, serta dapat pula membawa kepada kekafiran, speerti ilmu
filsafat. Mengenai ilmu filsafat dibagi oleh al-Ghazali menjadi ilmu
matematika, logika, ilahiyat, fisika, politik dan etika.
Sampai di sini tampaklah oleh kita bagaimana al-Ghazali membagi
ilmu-ilmu yang bermacam-macam itu serta menetapkan nilainya masing-masingsesuai
dengan manfaat dan mudharatnya. ia yakin bahwa ilmu dengan segala macamnya itu,
baik ilmu aqliyah maupun ilmu amaliyah, tidak sama nilainya, dan karena itu
pula keutamaannya berbeda.
·
Metode
Di dalam adab murid keenam disebutkan bahwa belajar seharusnya
dilakukan secara bertahap. Kebertahapan dapat berarti :
a. Proses pendidikan dimulai
dari mempelajari yang paling penting bagi murid. Ilmu yang paling penting
adalah ilmu fardhu ‘ain. Ilmu fardhu ‘ain adalah prioritas pertama setiap
pelajar. al-Ghazali mencela orang yang menyibukkan diri dengan ilmu fardhu
kifayah tetapi melupakan ilmu fardhu ‘ain.
b. Dimulai dari yang paling mudah karena memulai belajar dari yang
paling mudah memberikan semangat dan menghindarkan diri dari rasa putus asa.
Oleh karena itu dalam mendidik guru hendaknya menyesuaikan penyampaian
pelajaran sesuai dengan kecerdasan atau daya tangkap murid. Al-Ghazali melarang
seorang guru memaksakan suatu pelajaran yang tidak bisa dicapai atau belum siap
diterima oleh muridnya.
c. Mengikuti urutan ilmu karena ilmu itu memiliki urutan, dalam
pengertian suatu ilmu baru bisa dipahami jika sudah dikuasai ilmu yang lain,
atau kita sebut dengan ilmu prasyarat. Dalam kasus-kasus tertentu, untuk
memahami suatu ilmu seseorang harus memahami dulu ilmu prasyarat.
d. Seorang murid harus menghindarkan diri mendengar perselisihan
atau beda pendapat di antara ahli ilmu. Dalam satu bidang ilmu seorang murid
apalagi pemula sebaiknya berpegang pada pendapat gurunya saja. Mengambil suatu
ilmu pada beberapa orang pada saat yang bersamaan dapat membingungkan murid
sehingga kemajuan belajarnya menjadi terhambat.
3)
Ibnu
Taimiyah
·
tujuan
Pemikiran Ibnu Taimiyah dalam bidang pendidikan dapat dibagi ke
dalam pemikirannya dalam bidang konsep
belajar, metodologi pendidikan, hubungan antara manusia dan pendidikan. Seluruh
pemikirannya dalam bidang bidang pendidikan itu ia bangun berdasarkan
keterangan yang jelas sebagaimana terdapat dalam Al-Qur’an dan as-Sunnah
melalui pemahaman yang mendalam, jernih dan energik. Pemikirannya dalam bidang
pendidikan itu merupakan respon terhadap berbagai masalah yang dihadapi
masyarakat Islam pada saat itu yang menuntut pemecahan yang secara strategis
melalui jalur pendidikan. Semuanya itu secara singkat dapat dikemukakan sebagai
berikut :
·
Kurikulum
Menurut Ibn Taimiyah
kurikulum atau materi pelajaran yang utama yang harus diberikan kepada anak
didik adalah mengajarkan putera-puteri kaum muslimin sesuai yang diajarkan
Allah kepadanya, dan mendidiknya agar selalu patuh dan tunduk kepada Allah dan
RasulNya. Ibn Taimiyah mencoba menjelaskan kurikulum dalam arti materi pelajaran
dalam hubungannya dengan tujuan yang ingin dicapainya, yang secara ringkas
dapat dikemukakan melalui 4 tahap :
Pertama, kurikulum yang
berhubungan dengan mengesakan Tuhan , yaitu mata pelajaran yang berkaitan
dengan ayar-ayat Allah yang ada dalam kitab suci Al-Quran dan ayat-ayatNya yang
ada dijagad raya dan diri manusia sendiri.
Kedua, kurikulum yang
berhubungan dengan mengetahui secara mendalam terhadap ilmu-ilmu Allah, yaitu
pelajaran yang ada hubungannya dengan upaya melakukan penyelidikan secara
mendalam terhadap semua makhlukNya.
Ketiga, kurikulum yang
berhubungan dengan upaya yang mendorong manusia mengetahui secara mendalam
terhadap kekuasaan Allah, yaitu pengetahuan yang berhubungan dengan mengetahui
pembagian makhluk Allah yang meliputi berbagai aspek.
Keempat, kurikulum yang
berhubungan dengan upaya yang mendorong untuk mengetahui perbuatan-perbuatan
Allah, yaitu dengan melakukan penelitian secara cermat terhadap berbagai ragam
kejadian dan peristiwa yang tampak dalam wujud yang beraneka ragam
·
Metode
Pendidikan
Menurut Ibn Taimiyah pada garis besarnya metode pengajaran dapat
dibagi kepada dua bagian, yaitu metode ilmiyah dan metode iradiyah.
1). At- Thariqah al-‘Ilmiyah
(Metode Ilmiyah)
Ibn Taimiyah menamai
metode ilmiyah karena dengan metode itulah akan dijumpai pemikiran yang lurus
dalam memahami dalil, argumen dan sebab-sebab yang menyampaikan pada ilmu, dan
orang yang menyampaikan cara tersebut dinamai at-thalib (penuntut ilmu).
Sementara an-nadzr (perenungan) di bawahnya terdapat unsur hak dan bathil,
terpuji dan tercela. Metode ilmiyah ini didasarkan pada tiga hal, yaitu (1)
benarrnya alat untuk mencapai ilmu, (2) penguasaan secara menyeluruh terhadap
seluruh proses belajar, dan (3)mensejajarkan antara amal dan pengetahuan.
2). At-Thariqah al-Iradah
Ibn Taimiyah menamai
metode al-Iradiyah, karena metode itu merupakan metode yang mengantarkan
seseorang pada pengamalan ilmu yang diajarkannya. Seorang pelajar yang menempuh
metode ini disebut murid.Tujuan utama metode ini adalah mendidik kemauan
seorang pelajar sehingga ia tidak tergerak hatinya untuk melakukan sesuatu
perbuatan kecuali yang diperintahkan Allah swt.